Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Bicara itu ada seninya; The secret habits to master your art of speaking karya Oh Su Hyang, seorang dosen dan pakar komunikasi terkemuka di negeri ginseng, Korea Selatan. Buku ini merupakan hasil terjemahan dari Asti Ningsih pada Tahun 2018 terbitan Bhuana Ilmu Populer. Memiliki jumlah halaman 200 lebih sedikit membuat buku ini dapatNarasi singkat yang ada di cover belakang buku ini cukup membuat saya yakin untuk membelinya dan harganya waktu itu juga terbilang murah karena dapet diskon juga *hehe, sekitar ini banyak mengulas tentang teknik berbicara yang baik, juga diselingi oleh pengalaman penulis maupun cerita-cerita yang bisa menginspirasi kita dalam melatih teknik komunikasi kita. Dalam berbicara dan berkomunikasi, ada beberapa hal yang harus kita beri atensi agar penyampaian kita dapat diterima oleh khalayak ramai, antara lain rangkaian kata yang kita bahasakan dan bahasa tubuh kita. Oke, mari kita lanjutkan, ketika kita berbicara baiknya kita menciptakan kesan pertama yang baik dahulu agar pesan-pesan kita selanjutnya dapat lebih diterima oleh publik. Salah satunya adalah dengan melatih kefasihan berbicara kita, ketika kita berbicara cepat maka biasanya akan terjadi yang namanya 'keseleo lidah'. Hal tersebut bisa membuat kesan pertama kita menjadi tidak baik karena pelafalan huruf yang kita salah dan membuat misinterpretasi oleh lawan bicara kita kemudian mengenai tempo. Kita harus mengendalikan tempo penyampaian agar tidak terlalu cepat maupun terlalu lambat sehingga dapat tersampaikan dengan baik kepada lawan bicara tentang logika dan rangkaian kata, baiknya kita menyusun kalimat dengan runtut sehingga informasi yang hendak kita sampaikan itu dapat diterima dengan baik. Tetap bersikap tenang dan menggunakan kalimat-kalimat sederhana yang mudah diterima juga menjadi kunci dalam menjaga konsistensi penyampaian argumen kita kepada lawan baiknya juga sejak awal kita berlatih untuk menyusun kalimat yang runtut sehingga penyampaian informasi kepada lawan bicara juga dapat sepenuhnya tersampaikan. Selanjutnya tentang bahasa tubuh, sikap percaya diri dan selalu menunjukkan senyuman akan memberikan kesan yang baik kepada lawan bicara, selain itu juga dari pandangan mata kita yang seolah memperhatikan lawan yang baik juga dibangun dari mendengar, kita menghargai lawan bicara kita kemudian kita bisa mendapat feedback yang baik darinya. Kita juga bisa menciptakan sebuah dialog yang positif dengan lawan bicara kita, bisa disederhanakan dengan rumus C = Q x P x R, Communication built from Question, Praise, and Reaction. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, kita bisa membangun komunikasi yang baik dengan lawan bicara, kita memberikan materi sekaligus bisa menerima feedback dari mereka, pertanyaan dan pujian yang muncul dari lawan bicara juga menandakan bahwa kita diperhatikan ketika kita berbicara. Buku "Bicara Itu Ada Seninya" karya Oh Su Hyang ini cocok untuk kalian yang ingin mendalami dunia komunikasi. Background vector created by johndory - Kita juga sebisa mungkin menghindari gaya bicara yang membuat lawan bicara kita mengantuk, entah karena pembawaan kita yang monoton maupun suasana yang kurang kondusif untuk tetap menjaga fokus. Kita harus bisa mencairkan suasana dengan melemparkan jokes atau dengan melakukan icebreaking sehingga fokus lawan bicara kita kembali terbangun. Terakhir, pada tengah buku ini, ada beberapa aturan komunikasi yang dikenalkan oleh Yoo Jae Suk, seorang pembawa acara kondang di Korea. Pertama, jangan menggunjing, omongkan sesuatu di depan. Kedua, perbanyak mendengarkan, jangan memonopoli pembicaraan. 1 2 Lihat Hobby Selengkapnya
Bicara itu ada seninya ( The Secret Habits To Master Your Art Of Speaking) : Rahasia komunikasi yang efektif karya Oh Su Hyang, seorang dosen sekaligus pakar komunikasi terkenal di Korea Selatan. Sebuah buku yang menarik perhatian saya ketika mencari buku tentang public speaking. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Judul bicara itu ada seninyaPenulisOH SU HYANG Penerbitbhuana ilmu populer Tahun terbit2019 Halaman238 Isbn9786024553920 Kita dapat belajar dari banyak pegalaman orang-orang terkenal dan juga mengenal rahasia inti komunikasi jika membacanya dengan rumit rasa percaya diri untuk berbicara pasti akan tumbuh dengan sendirinya. buku ini menarik untuk dibaca seperti saya sangat menyukai ini,buku ini sangat bermanfaat untuk kita berbicara dengan baik buku ini mengajarkan kita bagaimana berbicara dengan baik selain itu buku ini sangat nyaman dibaca membuat kita yang membacanya menjadi senang. Banyak trik atau rahasia untuk berbiara dengan. Baik selain menjadi paduan buku ini juga Membuat kita mengerti bahwa berbicara Dengan baik itu sangat buku ini adalah seperti Membaca rangkaian puisi kalimat kalimat Nya singkat,jelas dan tida ber belit belit Tetapi mengena di hati buku ini sangat Berguna untuk para siswa dan para Dosen atau pengajar yang harus Memberikan ini dijabarkan Agar dapat di mengerti oleh siapa saja. novel buku yang patut dibaca oleh mereka yang masala dalam berbicara dan ingin tahu dalam percakapan dengan orang membaca buku ini saya,menjadi tahu bagaimana berbicara dengan percaya diri dan disenangi oleh sangat hebat karena berpengalaman sekali. OH SU HYANG Berasal dari keluarga yang kurang mampu ia tinggal di rumah susun bersama ayahnya sering bermabuk awal nya dia tidak bersemangat untuk saat dia mendapatkan pujian dari seorang situlah dia semangat untuk menggali dalam mulai menjadi mc dan terkenal dengan kemampuan berbicaranya yang begitu bukunya sangat bermanfaatkelemahan -NamaKelvin BarnoldiKelasXI mipa7SekolahSMAN 1 PANDEGLANG Lihat Hobby SelengkapnyaResensi Buku : Kisah Cinta Soekarno. Memperbincangkan Soekarno , selalu saja menarik dan banyak sisi yang bisa dikupas. Energi yang tersedia untuk memperbincangkan tokoh bangsa yang satu ini, seolah-olah tidak pernah menyurut. Sungguh tak dapat diingkari, Soekarno adalah Soekarno. Meskipun tahun berganti dan masa berlari, perbincangan tentang
Buku yang memiliki judul asli “BICARA ITU ADA SENINYA” ini merupakan karya dari seorang dosen dan pakar komunikasi terkenal Korea Selatan, Oh Su Hyang. Ia telah melanglang buana dalam bidang komunikasi. Berawal dari dirinya yang hidup serba kekurangan di masa kecil. Ia mengisahkan bahwa dirinya terlahir dari keluarga yang kurang mampu dan memiliki rumah di pinggir rel kereta api. Semasa kecil, ia tak memiliki sebuah impian. Ia merasa tidak ada yang menarik dan istimewa dari dirinya. Hinga pada suatu hari semasa ia duduk di bangku SMA, guru di kelas memujinya karena ternyata ia memiliki pelafalan dan teknik yang baik dalam membaca. Pujian gurunya itulah yang menjadi lecutan bagi dirinya untuk terus fokus menyelami dunia public speaking. Ia kemudian terjun menjadi pembawa acara siaran televisi lokal ketika masih di bangku SMA. Kemudian terus berlanjut hingga kini ia telah menjadi seorang public speaker, penyiar, dosen, speaking tutor, hingga penulis. Kesuksesannya bukan sekadar buah dari bakat yang ia miliki. Ia berlatih dan terus berusaha untuk dapat layak menyandang gelar pakar komunikasi saat ini. Buku ini diawali dengan testimoni dari enam tokoh di Korea Selatan, diantaranya adalah dosen tamu di Seoul Art University, Bae Han Seon dan pemandu acara, penyiar, pembawa acara Lee Taek Rim’s Pleasant Evening Stroll in KBS Radio, Lee Taek Rim. Kemudian dilanjutkan dengan prolog yang berjudul “Membuka Peluang Kesempatan dengan Kebiasaan Bicara”. Dalam prolog ini, Oh Su Hyang menegaskan bahwa apabila di bidang musik ada orang yang “buta nada”, di dalam aktivitas bicara pun ada orang yang “buta ucapan”. Mereka adalah orang yang merusak suasana dengan ucapan yang tidak sesuai dengan tempatnya. Kebanyakan orang tidak mengetahui bagaimana metode komunikasi yang efisien untuk mencapai tujuan komunikasi, persuasi, dan negosiasi. Menurutnya, siapapun bisa meningkatkan kemampuannya asalkan mau berusaha. Dengan keyakinan inilah, ia menulis buku yang berisi kumpulan metode berbicara ini. Buku yang memiliki tebal 238 halaman ini terdiri atas lima bab. Bab pertama berjudul “Perbedaan Juara 1 dan Juara 2 Terletak Pada Ucapannya”. Pada bab ini Oh Su Hyang memberikan penjelasan mengenai kesan pertama yang diciptakan seseorang terhadap orang yang baru ditemui itu berawal dari ucapan. Kemudian, dipaparkan bagaimana teknik seorang pelamar pekerjaan untuk dapat melakukan story telling ketika memperkenalkan diri pada saat wawancara kerja hingga penjelasan mengenai penyebab seseorang takut berbicara di depan umum. Bab ini ditutup dengan bagian Berbicara Seakan Sudah Terwujud’, di dalamnya Oh Su Hyang menyatakan “Berbicaralah dengan antusias dan bertingkah seolah Anda telah sukses . Mulai sekarang, berbicara sambil membayangkan bahwa Anda akan segera sukses, maka tak lama lagi impian Anda akan terwujud.” Selanjutnya, ada bab kedua yang berjudul “Pintar Mendengar, Pandai berbicara”. Pada bab ini, Oh Su Hyang memberikan rumus terapi komunikasi agar dapat berkomunikasi dengan baik, yaitu C = Q × P × R. C’ untuk communication atau komunikasi. Ada tiga hal untuk memenuhinya yaitu, Q’ untuk question atau pertanyaan, P’ untuk praise atau pujian, dan R’ untuk reaction atau reaksi. Selain itu, terdapat penjelasan juga bahwa obrolan yang baik itu diukur berdasarkan kualitas bukan kuantitas. Kemudian, dijelaskan pula teknik membujuk paling ampuh, negosiasi untuk memperoleh keinginan, serta inti dari perdebatan ialah mendengarkan lawan bicara. Kemudian, dilanjutkan dengan bab ketiga yang berjudul “Ucapan yang Membuat Lawan Bicara Memihak Kita”. Di bab ini kita akan diberi penjelasan mengenai suksesnya sebuah produk karena satu kata kunci. Contohnya, iklan Chocopie. Chocopie telah lama menjadi camilan rakyat Korea sejak akhir tahun 70-an. Produk ini dapat bertahan hingga saat ini karena produsen mengemas produk mereka dengan kata kunci “perasaan”. Dengan konsep “perasaan” yang familier dengan rakyat Korea menjadikan produk ini terus dilirik konsumen untuk menyampaikan perasaan mereka pada orang-orang di sekitarnya. Selain itu, bab ini juga membahas bagaimana seorang produsen dapat menetapkan nilai produk dengan baik supaya dapat bertahan menghadapi persaingan pasar. Selanjutnya, ada bab keempat yang berjudul “Beratnya Ucapan Ditentukan oleh Dalamnya Isi”. Bab ini diawali dengan kutipan kata-kata mutiara “Long Learn for Long-Run”. Kemudian, Oh Su Hyang memberikan contoh melalui kisah hidup pembawa acara terkenal Korea Selatan, Yoo Jae Suk. Sebelum mampu memukau mata banyak penonton dengan kelihaian dalam membawakan beragam program hiburan, Yoo Jae Suk pernah menjadi seorang reporter untuk acara Entertainment Weekly, Ia yang masih berusia 20-an berkali-kali gagap karena saking gugupnya ketika siaran berlangsung. Sehingga hal ini membuatnya di keluarkan dari acara tersebut. Melalui kisah Yoo Jae Suk ini, Oh Su Hyang menyadarkan pembaca bahwa semua orang memiliki titik start yang sama dalam hal bicara komunikatif. Kemampuan berbicara bukanlah bawaan lahir. Di bab ini pula diberikan sepuluh aturan komunikasi sukses ala Yoo Jae Suk. Kemudian di jelaskan pula bahwa komunikasi yang baik itu berisi perkataan yang jujur dan tidak dilebih-lebihkan. Bab ini diakhiri dengan bagian Membuat yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin’, didalamnya Oh Su Hyang menyatakan “Apakah Anda sedang merencanakan hal besar? Maka jangan lupa sisipkan semangat yang besar dalam ucapan Anda. Semangat itu akan menyebar ke sekitar Anda dan akan membantu Anda melangkah maju. Suara, lafal, gesture, dan konten. Semua memiliki peranan penting dalam berbicara. Namun, semangat adalah mantra terbaik untuk mewujudkan masa depan yang Anda impikan.” Bab kelima sekaligus bab terakhir dari buku ini berjudul “Suara Bagus Bukan Bawaan dari Lahir”. Pada bab ini, disajikan teknik-teknik mengolah suara berdasarkan pengalaman Oh Su Hyang yang terdiri dari vokalisasi, melenturkan organ artikulasi, dan bernapas ala Choi Bool Am. Kemudian, diberikan kisah-kisah inspiratif dari tokoh publik Korea Selatan yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mulai dari aktor Song Joong Ki hingga pembawa acara kondang Lee Geum Hee dan solois Korea Selatan Sung Si Kyung. Buku yang pertama kali diterbitkan tahun 2016 ini memiliki beberapa keunggulan. Misalnya, cover buku ini terlihat elegan dengan soft cover-nya yang memiliki background motif jeans yang khas. Selain itu, setiap bab pada buku ini diawali dengan kutipan kata-kata mutiara, seperti “Berbicaralah layaknya seorang pemimpi, maka mimpimu akan menjadi nyata” pada bab pertama dan “Long Learn for Long-Run” pada bab keempat. Kemudian, dari segi konten buku ini selalu mengadirkan kisah tokoh-tokoh terkemuka inspiratif dalam bidang komunikasi sehingga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca yang ingin mengasah kemampuan komunikasinya. Ditambah lagi, Oh Su Hyang selalu memberikan contoh realistis setiap penjelasannya dengan menghadirkan kisah-kisah para client-nya yang mengalami berbagai permasalahan dalam hal komunikasi. Dibalik keunggulannya, buku ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam buku ini kebanyakan merupakan tokoh-tokoh publik Korea Selatan sehingga bagi pembaca yang berasal dari Indonesia terasa kurang familier. Kedua, buku ini lebih banyak memberikan porsi penjelasan pada teknik-teknik komunikasi dalam hal marketing. Sehingga, ada beberapa bagian yang diberikan penjelasan tidak sedetail lainnya. Ketiga, karena buku ini terjemahan dari bahasa Korea, ejaan yang diberikan terkadang membuat pembaca yang berasal dari Indonesia kurang familier. Terlepas dari itu semua, buku ini cukup menarik untuk dibaca. Saya rekomendasikan buku ini untuk kalian semua yang ingin mengenal dunia komunikasi, baik itu dari kalangan mahasiswa, pelamar pekerjaan, dan kalangan lainnya yang membutuhkan teknik komunikasi yang baik. Penulis, Sebjun Parulian Nadeak Editor, PRT PMKRI Cab. Palangka RayaNah di dalam buku "Bicara Itu Ada Seninya", Oh Su Hyang sebagai penulis menjelaskan terkait rahasia menggunakan teknik komunikasi yang benar dan efektif yang mana bisa membuat lawan bicara merasa nyaman dan tidak bosan. Jika dilihat dari judulnya, buku ini tentu menarik banyak pembaca untuk mengetahui apa itu seni dalam berkomunikasi dengan benar.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Judul Buku Komunikasi Itu Ada SeninyaPenulis Oh Su HyangPenerjemah Asti Ningsih Tahun Terbit 2020 Kota diterbitkan JakartaNama Penerbit Penerbit Bhuana Ilmu PopulerJumlah Halaman 188 halamanPeran Psikologi dalam Mengatasi Grogi Komunikasi Komunikasi Itu Ada Seninya merupakan sebuah buku yang ditulis oleh seorang pakar komunikasi psikologis yaitu Oh Su Hyang. Sebelumnya, Oh Su Hyang telah sukses menulis buku yang memperoleh predikat best seller dengan judul Bicara Itu Ada Seninya. Dengan latar belakangnya sebagai seorang pakar komunikasi, Oh Su Hyang ingin menyampaikan beberapa metode serta teknis dalam berkomunikasi kepada pembaca. Pada buku sebelumnya, Oh Su Hyang lebih mengulas tentang teknik berbicara yang baik serta diselingi pengalaman penulis yang dapat memotivasi pembaca. Namun pada buku Komunikasi Itu Ada Seninya, lebih banyak mengulas tentang teknik komunikasi psikologis dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai konteks yang lebih kehidupan sehari-hari tentunya kita membutuhkan adanya komunikasi dengan orang lain. Namun masih banyak orang yang ragu dengan apa yang ingin mereka katakan. Ini dikarenakan komunikasi akan sangat berdampak pada bisnis maupun dalam kehidupan sehari-hari. 1 2 3 Lihat Ruang Kelas Selengkapnya AlINIR.